"SAYYIDINAA" DAN NIDA' ROSUL “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” DLM SHOLAWAT WAHIDIYAH
Penjelasan Bacaan "SAYYIDINAA" DAN NIDA' ROSUL “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” DLM SHOLAWAT WAHIDIYAH
A. BACAAN SAYYIDINAA
Arti kalimat “Sayyid” adalah :
(الَّسيِّد هُوَ مَنْ فــَاقَ على غَيْرِه )
Artinya “Sayyid adalah orang yang tertinggi / termulia dari yang lain. Orang tertinggi kedudukannya di suatu desa dinamakan “Sayyidul-Qoryah”, yang tertinggi di suatu negara didsebut “Sayyidul-Balad” dan seterusnya. Sedangkan sudah dimaklumi orang yang tertinggi di kalangan makhluq adalah SAYYIDUL KHOLQI AJMA'IIN, SAYYIDUL WUJUD YAITU Rosululloh SAW.
Dalam Sholawat Ma’tsuroh (yang redaksinya disusun oleh Rosululloh sendiri) tidak ada yang memakai kalimah ‘’Sayyidina”. Hal ini menunjukkan keluhuran budi Rosululloh SAW yang tidak pernah menonjolkan diri. Beliau selalu ber-tawadlu’, lemah lembut kepada siapapun. Suatu sikap budi luhur yang seharusnya ditiru oleh para ummatnya.
Adapun kita sering membacanya dengan tambahan kata “SAYYIDINA”, kata itu tambahan oleh para shahabat Nabi SAW, sebagai cetusan rasa ta`dhim dan mahabbah. Sudah sewajarnya kita para ummatnya menyebut Baginda Nabi SAW dengan gelarnya “Sayyidina” atau kata lain yang maksudnya sama, misalnya “Kanjeng”, “Gusti”, “Bendara”, “Baginda” dan sebagainya. Sedangkan terhadap pahlawan bangsa kita sering menggunakan “Pangeran” seperti “Pangeran Diponegoro”, Kanjeng Sultan dan sebagainya. Lebih-lebih terhadap Rosulullah SAW. Bukankah Baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai “Sayyidul Anbiyaa Wal Mursaliin”, Pemimpin-nya para Nabi dan para Utusan ِAlloh, bahkan “Sayyidul Kholqi Ajma`iin”, Sayyid atau Pemimpinnya seluruh makhluq!
Jadi penggunaan kalimah “Sayyidina” terhadap Baginda Nabi SAW baik di dalam bacaan sholawat ataupun di luar bacaan sholawat, merupakan cetusan rasa ta’dhim (menghormat/ mengagungkan/memuliakan) dan rasa mahabbah / cinta yang tulus. Bukan dan tidak boleh diartikan sebagai merubah yang asli atau mengada-adakan.
Pada kesempatan lain Rosulullah SAW , bersabda:
أنا سـيد ولـد أدم ولا فـخـر.. الحديث رواه أحـمد والترمـذي وابـن مـاجـه عـن أبي سـعـيد الحـذري
“Aku adalah Sayyid bagi anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri……” (Riwayat Imma Ahmad dan Tirmidzi dan ibnu Majah dari Abu Sa’id al Khudri).
Alloh melarang / tidak memper-bolehkan memanggil Baginda Nabi SAW, hanya dengan menyebut “Yaa Muhammad “ atau “Yaa Abal Qosim” dan panggilan lain yang tidak mengandung nilai ta’dhim (menghormat/mengagungkan/memuliakan).
Firman Alloh SWT ,:
لاَّ تَجْعَلُواْ دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضِكُمْ بَعْضاً
.....الأية (24-النور: 63)
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)….” (Q.S. 24 –An-Nur, 63)
Di dalam ayat lain disebutkan larangan Alloh SWT :
يآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَرْفَعُواْ أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُواْ لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ. (49- الحـــجــــرات :2)
Artinya kurang lebih:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara Nabi SAW dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amal-amal kamu sekalian dan kamu sekalian tidak menyadari”. (49-Al-Hujurot :2)
Kedua ayat tersebut bertitik berat pada bidang adab terhadap Rosulullah SAW. Memanggil nama Beliau SAW dengan “njangkar” istilah orang Jawa, memanggil tanpa disertai penghormatan, dan berbicara keras terhadap Baginda Nabi SAW, adalah sangat tidak sopan dan merupakan su-ul adab yang bisa mengakibatkan terhapusnya amal-amal kebaikan.
Kita para umat wajib menghormat dan memuliakan Baginda Nabi SAW. Syekh Abul Abbas At-Tijani Ra berkata sebagaimana disebutkan di dalam kitab Sa’aadatud-Daaroini, halaman 11, bahwa “Siyaadah” (sebutan Yaa Sayyidii atau Sayyidina) adalah termasuk ibadah. Sebab maksud pokok dari bacaan sholawat adalah menghormat, mengagungkan, memulyakan Baginda Nabi SAW. Jadi apabila meninggalkan kata siyaadah (sebutan Yaa Sayyidii atau Sayyidina) di dalam bacaan sholawat, berarti kurang menghormat / kurang memuliakan kepada Beliau SAW. Ini perlu kita perhatikan !
B. Bacaan Nida' Rosul Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh sekaligus dan otomaris berdzikir kpd Alloh
Adapun memperbanyak nida’ Rosul “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” sebagaimana yang banyak dilakukan oleh Pengamal Wahidiyah itu tidak berarti meninggalkan Alloh atau menomor duakan Alloh, Itu tidak. Karena dengan menyebut nida’ tersebut sekali gus berdzikir kepada Alloh.
Perhatikan dalam susunan kalimatpun juga ada lafadh “ALLOH”. Disamping itu berdzikir / ingat kepada Rasululloh SAW juga termasuk berdzikir kepada Alloh SWT.
Sabda Nabi SAW :
مَنْ ذَكــَـرَنِى فـَـقـــَدْ ذَكــَـرَ الله َ وَمَنْ أَحَبـَّـنِى فـَقــَدْ أَحَبَّ الله َ وَالــْمـــُصَلــِّى عـَـلــَيَّ نـــَاطِـقٌ بــِذِكـــْر ِ الله ِ (ســعــادة الــداريـــن 512)
Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa menyebut namaku (dzikir / ingat kepadaku), maka sesungguhnya ia telah menyebut / berdzikir kepada Alloh, dan barangsiapa mencintai aku, maka sesungguhnya ia telah mencintai Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepadaku termasuk berdzikir kepada Alloh”. (Sa’adatud Daroini 512).
Lebih dari itu orang yang banyak berdzikir kepada Beliau Rosululloh SAW akan diberi rasa mahabbah kepada Beliau Rosululloh SAW. Sedangkan rasa mahabbah kepada Beliau SAW termasuk tali pengikat iman kepada Alloh SWT.
Bersabda Rosullullah SAW :
مـَـنْ أَحَـبَّ شَـيْئاً أَكْــثَرَ مِــنْ ذِكْـــــرِهِ (رواه الد يلمي عن عا ئشة)
“Barang siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut / mengingat sesuatu itu”. (Riwayat Dailami dari Aisyah R.A)
أَلاَ لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَحَـبَّـةَ لَـهُ , لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَـحَـبَّـةَ لَـــهُ ( الصا وي الثـا لث : 41 )
“Perhatikanlah, tidak disebut beriman orang yang tidak mempunyai rasa cinta…( Showi juz 3 halaman 41 )
Rasululloh SAW bersabda :
لاَ يـُؤْ مِنُ أَحَـــدُكُـمْ حَـتَّى أَكُــوْنَ أَحَــبَّ إِلَـيْـهِ مِــنْ نـَفْـسِهِ وَمَـالِـــهِ وَالـنَّاسِ أَجْـمَـعِـــيْنَ . (رواه البخاري ومسلم وأحمد والتر مذي وابن ماجه عن انس y)
“Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri, hartanya dan manusia semuanya”. (Riwayatbukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).
C. NIDA' ROSUL "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" SUPAYA DIPERBANYAK
Beliau Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf, Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa Ra senantiasa menganjurkan, mengamanatkan agar supaya disamping mujahadah Wahidiyah supaya memperbanyak membaca:
يَاسَـيِّدِي يَارَسُوْلَ اللهِ
“YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”
Dimana saja dan kapanpun ada kesempatan dan sambil melakukan pekerjaan apa saja. Dibaca lisan atau dalam batin, melihat situasi dan kondisi.
Mujahadah Wahidiyah membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH tsb. dianjurkan dengan hitungan yang sebanyak-banyaknya. Misalnya dibaca sekian ribu kali atau selama sekian jam. Tidak terbatas. Makin banyak makin baik. Lebih-lebih apabila ada kepentingan atau mempunyai sesuatu hajat. Asalkan tidak disalahgunakan harus dijiwai LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL dan seterusnya.
Alhamdulillah manfaatnya besar sekali bagi terjalinnya hubungan jiwa yang lebih akrab, lebih mendalam dan lebih mesra dengan Rosululloh SAW. Dan selain itu dikaruniai pula manfaat-manfaat lain yang tidak dapat diperkirakan nilainya dan diluar perhitungan akal fikiran. Manfaat lahir dan manfaat batin, soal materi dan non materi, manfaat dunia dan manfaat ukhrowi. Memperoleh solusi dari masalah dan kesulitan hidup yang dihadapinya. Alhamdulillah.
Atas dasar pengalaman seperti tersebut diatas, maka memperbanyak membaca hatinya sholawat yakni “YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH” merupakan cara “TA‘ALLUQ BI JANAABIHI SAW” yang paling mudah/ gampang.
Kami tidak atau mungkin belum mampu membuat uraian analisa secara ilmiyah yang kongkrit, akan tetapi secara imani kita percaya dan yakin akan kebenaran fakta pengalaman yang nyata seperti diatas.
Sebab, “YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH” adalah sebutan nida’ dan panggilan langsung kepada Rosululloh SAW. Yang mengandung makna “tasyaffu’an” (= memohon syafa’at yang dijiwai dengan ta’dhim, mahabbah, tadhollum dan iftiqor/memulyakan, cinta, pernyataan diri dholim/banyak berdosa dan cetusan rasa butuh).
Sedangkan Kanjeng Nabi SAW., bersifat rouf rohiim, welas asih, cinta kasih, kasih sayang dan banyak memberikan pengorbanan dan pertolongan bagi para umat. Firman Alloh SWT :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (9- التوبة : 128).
“Sungguh telah datang kepada kamu sekalian rosul dari kaummu sendiri, yang berat terasa olehnya penderitaanmu sekalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu sekalian, amat belas kasihan dan menyayangi orang-orang mukmin” (9 – at-Taubah : 128).
Maka kita yakin dengan adanya NIDA' Rosul atau panggilan “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” pasti Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. tidak sampai hati membiarkannya dan pasti mengulurkan syafa’atnya.
Para ahlul kasyfi menerangkan bahwa “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” adalah “Iltijaa-ul ummah ilaa sayyidihim” = mengungsinya umat kepada Pemimpinnya, yakni Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Dan pada saat yang demikian itu Kanjeng Nabi SAW. yang menjawab dengan penuh kasih sayang; dengan untaian – KALIMAT…….
مَاحَاجَتُكَ يَا أُمَّتِي.
“Apa gerangan hajat kebutuhanmu wahai-umat-Ku ?”.
Sekalipun sudah berada di alam kubur, Rosululloh SAW diperlihatkan/ diperdengarkan bacaan sholawat para umat.
Lihat hadits-hadits tentang Sholawat dimuka.
Al Faatihah... !
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ...
Komentar
Posting Komentar