FIRASAT SANG KYAI MA'RIFAT "MBAH KH. MOHAMMAD MA'ROEF RA PENGASUH PONDOK PESANTREN KEDUNGLO KEDIRI
FIRASAT SANG KYAI MA'RIFAT "MBAH KH. MOHAMMAD MA'ROEF RA PENGASUH PONDOK PESANTREN KEDUNGLO KEDIRI"
Siapa sangka keberadaan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri yang didirikan oleh Mbah KH. Ahmad Djazuli Usman yang amat tersohor itu berkat firasat Sang Kyai Ma'rifat "Mbah KH. Mohammad Ma'roef Ra Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh Kediri Jawa Timur" yang amat terkenal karomah dan Ahli Ijabah Do'anya saat itu.
Tak lama berselang setelah Mas’ud diizinkan melanjutkan studi ke Stovia (Fakultas Ul) sekarang di kota Batavia (Jakarta) Pak Naib kedatangan tamu istimewa yang tiada lain adalah Kyai Ma’roef dari Kedunglo, seorang ‘ulama besar yang sangat dihormatinya datang berkunjung, sungguh Pak Naib Utsman merasa suka cita mendapat kehormatan dikunjungi sang kyai waskitho. Pak naib Utsman memang terkenal sebagai orang yang sangat menghormati ‘ulama.
Status pegawai negeri dan gelar bangsawan yang disandangnya tak pernah membuat dirinya sombong atau meremehkan para kyai, tidak seperti umumnya sikap pegawai-pegawai Belanda saat itu. Pegawai Belanda biasanya ikut‑ikutan kepada Belanda tulen yang lebih menghormati priyayi (bangsawan) ketimbang ‘ulama. Karena strategi kepemimpinan pemerintah kolonial Belanda adalah lebih mengfungsikan tokoh masyarakat yang priyayi dan melakukan permusuhan terhadap para ‘ulama seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar dan sebagainya.
Saking hormatnya kepada ‘ulama, konon Pak Naib Utsman suka memelihara ayam jago yang sudah dikebiri. Ayam yang menjadi gemuk dan empuk dagingnya itu sengaja disiapkannya untuk suguhan apabila ada kyai‑kyai yang datang ke rumahnya. Para tamu yang ‘ulama selalu diperlakukannya dengan sangat mulia dan istimewa, untuk memberikan pelayanan yang prima Pak Naib Utsman ikhlas berkorban apa saja, bahkan sampai menjual pakaiannya apabila tidak punya uang demi tuk menghormati tamu yang 'ulama'.
Tatkala sang kyai kelihatan penat atau ngantuk dipersilahkannya istirahat di kamar dan Pak Naib Utsman akan sangat berbahagia apabila sang kyai berkenan bermalam di rumahnya. Penghormatannya hampir menyerupai pelayanan hotel berbintang lima. Betapa tidak, seluruh putra-putranya harus turut menghormat kepada kyai bahkan ketika kyai sedang tidur tak seorangpun yang diperkenankan memasuki rumah demi ketenangan dan ketentraman sang tamu.
Tidak sampai disitu penghormatan Pak Naib, salah seorang putranya ditugaskan untuk piket menjaga kyai yang tengah tidur, kalau‑kalau ditengah malam ada keperluannya. Apabila sang Kyai merasa sungkan atau enggan dengan penghormatan tersebut (istirahat atau tidur di ruangan pribadi Pak Naib), maka Pak Naib tak segan‑segan membongkar ranjang dan kasur Ialu dikeluarkan ke tempat yang dikehendaki oleh Kyai, begitulah perangai Pak Naib Utsman dan suasana seperti itulah yang berlangsung tatkala Mbah Kyai Mohammad Ma’roef Ra Kedunglo berkunjung ke Ploso Mojo Kediri, suasana sopan, ramah penuh kekeluargaan.
“Pundi Mas’ud ?”, tanya Mbah Kyai Ma’roef mengawali pembicaraan dengan bahasa Jawa yang halus menanyakan kemanakah Mas’ud putra ke tujuh Pak Naib Utsman. Pak Naib menjawab : “Ke Batavia, dia melanjutkan sekolah di jurusan kedokteran Yahi”.
Lalu dengan gayanya yang khas Mbah Kyai Ma’ruf mulai memberikan saran “Saene Mas’ud dipun aturi wangsul mawon, larene niku ingkang prayogi dipun lebetaken pondok”. (Sebaiknya ia dipanggil pulang aja, anak itu cocoknya dimasukkan pondok pesantren), kata Mbah Kyai Ma’ruf. Rupanya beliau memiliki firasat tentang diri Mas’ud, Beliau Mbah Kyai Ma'roef rupanya mengerti apa yang pantas bagi masa depan putra Pak Naib Utsman itu.
Dapatkah ungkapan Mbah Kyai Ma’roef itu dipercaya dan dijadikan pegangan ?.
Rupanya akal tidak dapat menerima ramalan nasib semacam itu. Secara rasional masyarakat modern banyak yang meninggalkan dan tidak mempercayai akan barokah dan karomahnya para wali dengan alasan tidak masuk akal (tidak rasional).
Mereka hanya mau mempercayai kepada barang‑barang yang bisa di indera.
Ketahuilah para pembaca yg budiman, bahwa Mbah Kyai Ma’roef Ra adalah salah seorang murid cerdas, handal dan sukses Mbah Kyai Kholil Bangkalan Madura yang sangat tersohor kewaliannya itu.
Dan sesungguhnya para ‘ulama telah sepakat bahwa setiap insan tidak hanya memiliki mata lahiriyah (mata kepala) saja, tetapi juga memiliki mata bathiniyah (mata hati). Mata bathiniyah penglihatannya lebih tajam dari pada mata lahiriyah. Kalau mata lahiriyah hanya dapat melihat wama, bentuk benda, sinar dan sebagainya dari jarak yang dekat.
Sedangkan mata bathiniyah (bashiroh) dapat menjangkau hal‑hal yang tak terbatas sampai ke alam metafisika (alam ghoib) dan dapat pula menjangkau peristiwa‑peristiwa yang belum terjadi.
Hal tersebut bilamana dimiliki oleh hamba Allah yang sholeh namanya Ma’unah, dan bila dimiliki oleh para wali namanya Karomah, bilamana dimiliki para nabi namanya Mu’jizat, tapi bilamana dimiliki oleh orang yang dzolim namanya Istidroj.
Mbah Kyai Ma’roef Ra adalah salah satu diantaranya yang memiliki penglihatan melebihi Teleskop teropong bintang milik Badan Meteorologi dan Geofisika sekalipun.
Jadi Kyai ‘Arif tersebut bukanlah tukang tenung, ahli nujum, dukun atau peramal nasib, tapi itu semua ma’unah dan karomah yang diberikan oleh Allah SWT.
Karena itulah Pak Naib tidak bisa berbuat apa‑apa, selain menyetujui saran dan pendapat tersebut meskipun hal ini diluar pertimbangan akalnya. Hanya do'a yang selalu dipanjatkan kepada Alloh SWT, semoga diberi petunjuk untuk menerima kebenaran.
Firasat (ramalan) Mbah Kyai Ma'roef Ra terbukti setelah Mas'ud menyelesaikan perburuannya melanglang buana menuntut ilmu diberbagai Pondok Pesantren diujung timur Sidoharjo sampai ujung barat di Mekah. Mas'ud kembali ke tanah kelahirannya Ploso Mojo Kediri dan merintis Pondok Pesantren disana.
Akhirnya setelah melalui perjuangan yang panjang, Mas'ud yang tiada lain adalah Mbah KH. Djazuli Utsman dan amat terkenal kewaliyannya telah berhasil membangun Pondok Pesantren besar dan cukup diperhitungkan di nusantara ini.
Kelak setelah Sholawat Wahidiyah lahir, Mbah KH. Djazuli Utsman sekeluarga turut mengamalkan Sholawat Wahidiyah . Dikisahkan Ibu Nyai Djazuli Utsman setelah mengamalkan Sholawat Wahidiyah diberi pengalaman sepiritual, ru'yah sholihah dibuka mata batinnya mengetahui shohibul Wahidiyah mBah KH. Abdul Madjid Ma'roef Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra adalah seorang Al-Ghouts Hadzaz Zaman fii zamanihi.
Dan salah satu putra beliau yang pernah terlibat aktif dalam Perjuangan Wahidiyah adalah Gus Mik (KH. Hamim Djazuli).
AL-FAATIHAH - MUJAHADAH !!!.
Komentar
Posting Komentar