JANGAN CUMA JADI PENGHAFAL SHOLAWAT WAHIDIYAH

(Pengalaman Rohani)
JANGAN CUMA JADI PENGHAFAL SHOLAWAT WAHIDIYAH
_________________
Kami sadur dr Aham edisi 126 Rajab 1437H hal 39
--------------------

Perjuangan Wahidiyah berkembang semakin pesat, berbanding lurus dengan jumlah pengamal itu sendiri. Namun dari sekian banyak pengamal Wahidiyah, apakah benar-benar sebagai pengamal, ataukah sekadar penghafal ? Pengalaman rohani berilgut mungkin‘bisa kita jadikan pelajaran.

Sejak masih remaja, Abdul Majid sudah mengamalkan Wahidiyah.
Tepatnya sejak tahun 1983, atau ketika Wahidiyah masih dipimpin oleh Mbah KH. Abdul Madjid Ma‘roef, Muallif Sholawat Wahidiyah QS wa RA. '

Setelah mendapatkan amalan Sholawat Wahidiyah, dia ingin menyiarkannya kepada masyarakat umum, namun tak membuahkan hasil. Dicobanya berulang-ulang tetapi tetap sajahasilnya nihil. Dalam kesehariannya pun, tak ada atsar yang masuk ke dalam hatinya. Ibarat makan sesuatu, tak tahu rasanya, tak tahu asalnya, tak tahu manfaat makanannya, pokoknya dimakan saja. Begitulah yang ia rasakan.
Selama itu pula ia belum pernah pergi ke ' Kedunglo untuk mengikuti Mujahadah Kubro atau pun sekadar bersilaturrahmi. Timbul pikiran di benaknya, “Aku sudah lama mengamalkan Wahidiyah. Namun ,tak pernah merasakan apa itu Wahidiyah.
Suatu ketika ia mendzikirkan kalimat toyyibah 'laa ilaah‘a illallah' berulang-ulang. Namun semua bacaan dzikirnya juga tak mampu menyentuh kalbunya. Tak ada rasa sama sekali. Hanya sebuah bacaan‘ kosong tanpa makna. '

Setelah bertahun tahun kemudian, barulah pada tahun 2013 lalu, ia berkesempgtan melaksanakan mujahadah di rumah Bapak Sodikin, yang saat itu menjabat sebag ai PW Sumatera Selatan. Secara sadar, di dalam mujahadahnya tiba-tiba ia dirawuhi Beliau KanJeng Romo Kyai RA. Kemudian beliau memukul pundakny a dan dawuh dengan nada keras, *"Ojo gur dadi pengapal. Dadio pengamal, ning kowe iki ojo sekali kali dadi pengkhianat!"* *_(Jangan cuma menjadi penghafal. Jadilah pengamal, namun kamu ini jangan sekali-kali menjadi penghianat, red.)_* setelah dawuh demikian kemudian beliau pergi. Sontak Abdul Majid menangis sejadi-jadinya.

Setelah mendapatkan pengalaman rohani tersebut, hampir setiap saat ia meneteskan airmata. Bahkan ia yang sebenarnya murah senyum, saat tersenyum pun, masih sempat mengeluarkan airmata. (Saat ditemuai Aham pun ia bercerita sambil menangis, lebihlebih saat mengingat Kanjeng Romo Kyai RA).

Kemudian pada tahun' itu juga‘ ia mengikuti Mujahadah Kubro bersama keluarga dengan Bapak Sodikin. Sesampainya di arena Muj ahadah Kubro, 'ia mendapat tempat di jalan yang berdekatan dengan sungai Brantas, tepatnya dibelakang . podium.

Pada hari ketiga saat beliau menyampaikan fatwa amanat dan menutup dengan mujahadah singkat, ketika sampai pada bacaan 'Allahumma bihaqqismikal A'...'zh0m dst, istrinya berkata kepadanya, "Kok saya merasa Kanjeng Romo Kyai ada di depan saya ” Demikian pula Abdul Majid juga merasakan hal yang sama. Maka tak ayal menangislah Abdul Majid sekeluarga.
Sepulang Mujahadah Kubro, terjadi perubahan yang sangat' signifikan dalam hidupnya, baik lahiriyah maupun bathiniyahnya. Dari segi lahiriyah, ia seolah mendapatkan himmah yang besar untuk berjuang dan menyiarkan Sholawat Wahidiyah. Kali ini, ia bisa merasakan nikmatnya menyiarkan Wahidiyah. Ia juga tak segan membantu penga-mal yang kekurangan dana untuk meng'ikuti acara acara Wahidiyah. Ia juga memberikan tumpangan ,kepada rekan pengamalnya untuk mengikuti acara -acara Wahidiyah secara gratis. Semua bacaan doa-doa pun ia bisa merasakan atsarnya. Bahkan walau hanya mengucapkan basmalah saja ia sudah dapat merasakan atsar dan bacaan tersebut-.

Setelah mulai merasakan atsar Wahidiyah, terbesit. penyesalan dalam hatinya, mengapa tldak seJak dulu ia bersungguh-sungguh dalam mengamalkan Wahidiyah. (ach)
----------------
📌 jika ada saduran yg salah kami mohon seribu maaf...

_Ya Sayyidii Ya Rasullah_
_Ya Sayyidi Ya Ayyuhal_ _Nghouts...._

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurod Mujahadah bilangan 717

AURAD MUJAHADAH KEUANGAN

AUROD MUJAHADAH KEAMANAN DLL