WAHIDIYAH MEMBUAT INDONESIA AMAN DAN SEJAHTERA

.
    Ketum PBNU, Prof Dr KH Said Aqil Siradj:
                      "DAWUH BELIAU"
BAHWA WAHIDIYAH MEMBUAT INDONESIA
                 AMAN DAN SEJAHTERA

        SEMOGA BELIAU PANJANG UMUR
                                  Amin

Perjuangan Wahidiyah mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi bangsa dan negara. Di tengah derasnya arus globalisasi yang berdampak kepada perubahan karakteristik budaya bangsa, namun jamaah Wahidiyah istiqomah, bersimpuh dan menangis di hadapan Allah SWT memohon keselamatan dan keberkahan untuk bangsa dan negara. Inilah yang membuat Indonesia menjadi  aman, makmur dan sejahtera.

Demikian diungkap Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siradj, pada Mujahadah Kubro, di Ponpes Kedunglo, Kota Kediri, Minggu (23/10/2016) malam. Dalam perhelatan tersebut Said Aqil mengungkap kekagumannya tehadap jamaah Wahidiyah yang dinilai mampu melawan arus globalisasi.

Menurutnya, ketika banyak orang tergerus arus globalisasi, sehingga mereka jauh dari norma-norma agama, tumpul perasaannya, hubbudunia (cinta keduniaan), suudhon (buruk sangka), menebar fitnah, namun jamaah Wahidiyah istiqomah duduk bersimpuh dan menangis di hadapan Allah SWT memohonkan keselamatan dan keberkahan bagi umat dan masyarakat, bangsa dan negara.

Diakui Said Aqil, masih ada perjuangan Islam (kelompok) yang memegang teguh menjalankan sunah Rasul dengan menegakkan nilai-nilai ahli sunah wal jamaah (Aswaja) dengan kekuatan doanya melalaui Sholawat Wahidiyah, menangis memohon agar umat dan masyarakat sadar kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti yang dilakukan jamaah Wahidiyah malam ini. “Ini luar biasa sekali. Mudah-mudahan perjuangan (Wahidiyah) ini mendapatkan barokah dan hidayah yang luar biasa,” imbuhnya .

Masih kata Ketum PBNU, biarkan orang lain mencibir dan menganggap kegiatan semacam ini tidak produktif. Padahal, sambungnya, merekalah yang sebenarnya tengah mengejar fatamorgana alias pepesan kosong. “Indonesia bisa aman diselamatkan oleh panjenengan (Jamaah Wahidiyah),” ungkapnya penuh semangat.

Karenanya Ia merasa bersyukur bisa hadir di majelis Mujahadah Kubro sekaligus dapat bersilaturahim dengan Syekh Al Arif Billah, Kanjeng Romo KH Abdul Latif Majid, RA, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes Kedunglo Al-Munadhdhoroh. Menurut Said Aqil, inilah kebahagiaan yang top (utama), yakni ketika kita bisa bersama-sama dengan Allah, bersama-sama dengan Rosululloh, bersama-sama dengan Syekh Al Arif Billah, Kanjeng Romo KH Abdul Latif Majid, RA, dan bersama-sama dengan para auliya Allah.

“Saya yakin para malaikat, para anbiya dan para auliya (wali) Allah juga hadir bersama jamaah Wahidiyah di majelis Mujahadah Kubro ini, ikut memohohon keberkahan kepada Allah.” Kata Said Aqil  di hadapan seratusan ribu pengamal Wahidiyah yang mengikuti Mujahadah Kubro secara khusyu dan khidmat.

Perhelatan yang digelar untuk memperingati HUT lahirnya Sholawat Wahidiyah Ke-54 dan Haul KH Mohammad Makruf (Pendiri Ponpes Kedunglo) itu, selain diikuti jamaah Wahidiyah dari seluruh penjuru Tanah Air dan manca negara (Malaysia, Macau dan Hongkong), juga diikuti oleh ketum PBNU KH Said Aqil Siradj dan Wakil Gubernur Jawa Timur, KH Syaifullah Yusuf, serta sejumlah pejabat lainnya.

Tak dapat dipungkiri, dalam proses perjalanannya Perjuangan Wahidiyah tidak sedikit mengalami penolakan di beberapa daerah. Namun menurut KH Said Aqil dalam menegakkan kebenaran itu mesti ada yang menentang. Ini biasa. Nabi Muhammad (SAW) saja dianggap majnun (gila), sahir (tukang sihir) dan kahin (dukun). “Apalagi kita-kita. Saya pun tidak kurang-kurang orang yang tidak suka dengan saya. Gus Dur pun begitu, tidak kurang-kurang orang yang tidak suka dengan Gus Dur,” ungkap Ketum PBNU kepada AMUNISI usai mengikuti Mujahadah Kubro, Senin (24/10/2016) dini hari.

Diakui Ketum PBNU itu, respon masyarakat terhadap Wahidiyah sangat luar biasa. Ratusan ribu orang hadir mengikuti Mujahadah Kubro dengan khusyu’. “Ini artinya ketergantungan masyarakat terhadap ulama, luar biasa. Ini modal yang sangat besar untuk mempertahankan karakteristik budaya kita (Indonesia),” katanya.

Said Aqil menambahkan, mereka yang tidak suka dengan ulama berusaha bagaimana caranya  menjauhkan masyarakat dengan ulama. “Sedikit demi sedikit mereka menjauhkan masyarakat dengan ulama, agar ulama tidak lagi menjadi tolok ukur kebenaran. Nah, dari sini (Mujahadah Kubro) hal itu terjawab. Ternyata masih ratusan ribu orang dari majelis ini saja (Jamaah Wahidiyah), masih melekat dengan ulama,” imbuhnya.

Ketika disinggung optimistisnya tentang kegiatan Wahidiyah dapat menciptakan bangsa Indonesia menjadi aman dan sejahtera, sontak Ketua PBNU itu berujar, “Ya… Iya, saya optimis. Kita harus optimis apa yang dilakukan Wahidiyah ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan bangsa ini tetap aman,” ungkapnya, yakin.

Menurutnya upaya yang dilakukan Wahidiyah dalam membina mental spiritual masyarakat sangat elegan. Hal tersebut, sambung Said Aqil, sangat sejalan dengan konsepsi Islam Nusantara yang digagas PBNU. Karenanya ia menyesalkan jika terjadi pelarangan terhadap jamaah Wahidiyah untuk menjalankan aktivitasnya menggelar kegiatan bersholawat atau mujahadah.

          "YAA SAYYIDDII YAA RASULALLOH"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurod Mujahadah bilangan 717

AURAD MUJAHADAH KEUANGAN

AUROD MUJAHADAH KEAMANAN DLL