Hukum Nidak Baca Ya Sayyidi Ya Rasulallah
APAKAH Hukum Membaca/mengamalkan Nidak Rosul "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dan atau Nidak Ghouts "YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS" ?
Sesungguhnya HUKUM MEMBACA/MENGAMALKAN nida’ (memanggil) Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan pangilan “Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh” adalah "BOLEH".
Hal tsb tidak menyamakan antara Alloh dan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sebagaimana kaum Nashoro menjadikan para Nabi mereka sebagai Tuhan selain Alloh.
Akan tetapi panggilan “Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh” adalah penyebutan tawasul kepada Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan penyandaran majaz dengan mengambil pengertian usaha dan perantara mendapatkan syafa’at, dan melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, sebagaimana firman Alloh dalam QS Al-Ma’idah 35 :
ياايهاالذين امنوا اتقواالله وابتغوا اليه الوسيلة (5-المائدة :35)
“Hai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) kepada-Nya” (QS. al-Maidah:35)
Maksudnya tidak ada wasilah kepada Alloh yang lebih dekat dan lebih agung dari pada berwasilah melalui Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
توسلوا بى وبأهل بيتى الى الله فانه لا يرد متوسل (رواه ابن ماجه فى صحيحه)
“Bertawsullah kepadaku dan ahli keluargaku (para Al-Ghouts adalah termasuk keluarga Rosululloh SAW) kepada Alloh, karena sesungguhnya orang yang berwasilah itu tidak ditolak”. (HR. Ibnu Majah dalam Shohehnya).
Ibnu Abbas Rodliyalloohu Anhu berkata :
ان الوسيلة كل ما يتقرب به الى الله والذكر بالنبي صلى الله عليه وسلم هو من العبادة
“Sesungguhnya wasilah itu adalah semua perkara yang mendekatkan diri kepada Alloh, dan menyebut/memanggil/mengingat Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam adalah termasuk ibadah”.
Karena sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
لقوله صلى الله عليه وسلم ذكر علي عبادة (رواه الديلمى عن عائشة رضىالله عنها)
“Menyebut/memangil/mengingat kepadaku adalah ibadah”.
قال صلىالله عليه وسلم : " ذكرالانبياء من العبادة, وذكرالصالحين كفارة, وذكرالموت صدقة, وذكرالقبر يقربكم من الجنـة " (رواه الديلمي عن معاذ)
“Bersabda Rasuulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam : “Ingat (lebih-lebih menyebut) para Nabi termasuk ibadah, dan ingat (lebih-2 menyebut para sholihin (para Waliyulloh, misalnya : Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts) adalah bayar kifarat, dan ingat mati adalah sedekah, dan ingat kubur mendekatkan kamu sekalian kepada surga”. (HR. Al-Dailami dari Mu’adz)
Maka nida’ “Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh” adalah merupakan nida’ atau panggilan langsung kepada Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang mengandung ma’na tasyafu’an (memohon syafa’at) yang dijiwai penerapan Lillah Billah, Lirrosul Birrosul, Lilghouts Bilghouts, dengan ta’dhim dan mahabbah, tadholum dan iftiqhor (memulyakan, cinta, pernyataan diri dholim dan cetusan rasa butuh).
Adapun nida' Al-Ghouts "Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts" adalah merupakan nida' atau panggilan langsung kepada Al-Ghouts Hadzaz Zaman Ra, yang mengandung ma'na memohon berkah, karomah dan nadhroh kepada Guru Ruhani kita Al-Ghouts Hadzaz Zaman Ra, yang dijiwai penerapan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSULLILGHOUTS BILGHOUTS dan dijiwai dengan ta’dhim dan mahabbah, tadholum dan iftiqhor (memulyakan, cinta, pernyataan diri dholim dan cetusan rasa butuhbantuan do'a restu Beliau Guru ruhani kita Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra).
Dengan demikian memanggil “Yaa Sayyidi Yaa Rosulalloh” kepada Beliau Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan atau memanggil Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts adalah suatu bentuk do'a tawassul, bentuk harapan dan memuliakan kepada kekasih Alloh yang termulia. Maka sudah sepantasnya bagi umat Islam, khususnya sebagai pengamal Sholawat Wahidiyah memanggil kepada Beliau Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam wa Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra dengan panggilan penghormatan dan memuliakan serta mahabbah.
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita pun sering mengetahui sebutan atau panggilan kepada seseorang yang ada di atasnya dengan panggilan penuh hormat, atau panggilan GELARNYA ATAU JABATANNYA, seperti : bapak pimpinan !, Pak Lurah, Pak RT, Pak Camat, Pak Bupati, Bapak Gubernur, Bapak Presiden, yang terhormat, yang mulia, tuan, PAK GURU, Pak Ahmad, atau memanggil gelarnya seperti PROFESSOR, DR. Drs, S. Pd, S.Ag, Raden...., ATAU memanggil gelar/menyebut Raja Kesultanan Yogyakarta yg sangat panjang itu...................
Gelar yang dipakai di Kesultanan Yogyakarta, sbb. :
Penguasa Kesultanan: Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping ... (yang berarti pemimpin yang menguasai dunia, komandan besar, pelayan Tuhan, Tuan semua orang yang percaya)
Permaisuri Sultan Hamengkubuwana: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)
Selir Sultan Hamengkubuwana: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy)
Pewaris tahta Kesultanan (putra mahkota): Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda: Gusti Raden Mas (GRM)
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH)
Anak lelaki dari selir ketika masih muda: Bendara Raden Mas (BRM)
Anak lelaki dari selir ketika sudah dewasa: Bendara Pangeran Harya (BPH)
Cucu lelaki dan keturunan lelaki lain dari garis pria: Raden Mas (RM)
Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Raden Ajeng (GRA)
Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Raden Ayu (GRAy)
Anak perempuan tertua dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)
Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)
Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)
Atau memanggil Guru Ruhaninya denga sebutan Syeh, Imam, Mbah Kyai Haji, Romo Yahi, Kanjeng Romo Yahi, atau memanggil jabatan Guru Ruhaninya seperti Yaa Ayyuhal Ghouts........dst..., atau Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts..,
Memanggil/menulis para Ahlul Bait Rosululloh SAW, seperi Sayyidina Abu Bakar Ra, Sayyidina Umar Ra, Sayyidina Utsman Ra, Sayyidina Ali Kw, Sayyidatina Aisyah Ra, Sayyidatina Fatimah Ra, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husen...dst..
Atau memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan Ayah, Bapak, Pak, Abii, Abah, Ibu, Bu, Emak, Ummi dsb. Atau memanggil Saudaranya dengang Kang Mas, Kakak, Dimas, dik, diajeng..dsb, bukan dan tidak memanggil dengan namanya langsung, misalnya Ahmad, Ana Wiyah, Fauzi, Slamet dan lain sebagainya.
Sebutan-sebutan tersebut bukan lain adalah untuk menghormat atau mengagungkan, atau memulyakan dan mencintai kepada orang lain yang dianggap lebih terhormat dan berjasa atau lebih tua.
Sebutan atau panggilan gelar penghormatan kepada orang yang diatasnya saja seperti itu, maka sewajarnya kalau ummat Islam, khususnya para Pengamal Wahidiyah menggunakan sebutan GELARNYA atau Jabatannya untuk menghormat atau mengagungkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam yang sudah kita ketahiui bahwa Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wasallam adalah semulia-mulia manusia, sebaik-baik makhluk dan orang yang bisa dipercaya lebih dari manusia yang lain di sisi Alloh Subhaanahu wa ta'aala.
Penghormatan seperti itu adalah wajar, karena memang Beliau pantas untuk menerima GELAR penghormtan atau pengagungan dari ummatnya hal ini adalah pelaksanaan perintah Alloh Subhaanahu wa ta'aala. Jangankan manusia, Alloh SWT sendiri telah memuji kepada Rosululloh SAW seperti dalam Firman-NYA :
وانك لعلى خلق عظيم (القلم :4)
Dan sesungguhnya bahwa Engkau (Nabi Muhammad SAW) berbudi pekerti luhur. (QS. Al Qolam : 4 )
Ayat di atas menunjukan bahwa Alloh sebagai Kholiq saja telah mengagungkan dan memulyakan Nabi Muhammad SAW dengan pujian seperti itu, apalagi kita sebagai ummat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam sudah semestinya, bahkan seharusnya juga mengagungkan, memulyakan dan mencintai kepada Beliau Rosululloh SAW.
Bagaimana seseorang harus bersikap kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, Alloh telah memberikan perintah melalui Firman-NYA dalam Al-Qur’an An-Nur : 63 :
ولا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا( النور : 63)
“Dan Janganlah kalian memanggil Rosul sebagai mana kalian memnggil satu sama lain diantara kalian”.
Ayat tersebut dijelaskan dalam kitab Tafsir Al-Shawi sebagai berikut :
أي نداءه بمعنى لاتنادوه صلىالله عليه وسلم فتقولون يامحمد ولابكنيته فتقولون يا أباالقاسم, بل نادوه وخاطبوه بالتعظيم والتكريم والتوقير فتقولون يارسول الله, يانبي الله, ياإمام المرسلين, يارسول رب العلمين, ياخاتم النـبيين, وغيرذلك ( مثل ياشافع الخلق, يارحمة للعالمين, يا خير خلق الله, ياخير والد وخيرولد, يا هادي الانام, يانورالخلق, يا حبيب الله …..) واستفيد من الاية انه لايجوز نداءالنبي صلىالله عليه وسلم بغيرميفيدالتعظيم لافي حياته ولابعد وفاته. فبهذا يعلم أن من استخف بجنابه صلىالله عليه وسلم فهو كافر وملعون في الدنيا والاخرة. (الصاوي ج 3, ص 124\النور : 63)
Panggilan kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, yakni janganlah memanggil Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dengan mengatakan “Ya Muhammad”, dan jangan pula dengan laqobnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dengan mengatakan “Ya Aba Qosim”, melainkan memanggillah dan beraudensilah dengan ta’dhim (menghormat/mengagungkan), takrim (memulyakan) dan tauqir (merasa butuh terhadap Rosululloh SAW). Maka sebaiknya sebutlah :
يارسول الله, يانبي الله, ياإمام المرسلين, يارسول رب العلمين, ياخاتم النـبيين, وغيرذلك (مثل ياشافع الخلق, يارحمة للعالمين, يا خير خلق الله, ياخير والد وخيرولد, يا هادي الانام, يانورالخلق, يا حبيب الله ….
“Yaa Rosuulalloh”, Yaa Nabiyalloh.., Yaa Imaamal Mursaliin, Yaa Rosula Robbal "alamiin.., Yaa Khotaman Nabiyyiin.., dll...misalnya : Yaa Syafi'al Kholqi.., Yaa Rohmatal lil'aalamiin.., Yaa Khoiro Kholqillah.., Yaa Haadiyal Anaam..,Yaa Nurol Kholqi.., Yaa Habiiballoh..., “Yaa Sayyida Waladi Adam”, “Yaa Ashhabal Yamin”,
Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh..... dll.......
Dapat diambil faedah dari ayat tersebut bahwa tidaklah boleh memanggil-manggil Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dengan kata-kata jangkar, jambal, tidak dengan gelarnya atau yang tidak mengandung ta’dhim (mengagungkan), baik semasa hidupnya maupun setelah beliau Rasululloh shollallohu 'alaihi wa sallam meninggal dunia.
Dari itu maka dapat disimpulkan bahwa barang siapa memperingan (meremehkan/tidak menghormat/tidak beradab) terhadap Rasululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dia adalah kafir yang dilaknati di dunia dan akhirat oleh Alloh SWT.
Karena Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
حياتى خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع, واما مماتى فان اعمالكم تعرض علي فما رأيت منها حسنا حمدت الله عليه وما رأيت منها سيئا استغفرت الله لكم (رواه البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup dan matiku adalah kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun semasa hidup-ku, maka aku memberikan tuntunan berbagai sunnah dan syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan semasa aku mati, maka sesungguhnya semua amal-mu sekalian diperlihatkan oleh Alloh kepada-ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa aku melihatnya keburukan, maka aku memohonkan ampunan kepada Alloh kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).
Maka dengan demikian, menurut kitab Showi hal 161 bahwa :
فمن اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لا نفع به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضل المضل
“Maka barang siapa berkeyakinan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu tiada bermanfaat sesudah wafatnya, bahkan Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dianggap seperti manusia biasa, maka orang seperti itu sesat dan meyesatkan (dhollun mudhillun).
Disamping itu menyebut gelar atau memanggil Beliau Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan panggilan “Ya Sayyidi Ya Rosulalloh” adalah termasuk dzikir (mengingat) dan mahabbah (mencintai) kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, sebagaiama hadist Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang berbunyi :
من ذكرني فقد ذكرالله ومن احبني فقد احب الله والمصلي علي ناطق بذكرالله". (سعادةالدرين)
“Bersabda Rasuulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam : “Barang siapa dzikir (mengingat/menyebut) kepada-ku, maka sungguh ia dzikir kepada Allah. Dan barang siapa cinta kepada-ku, maka sungguh ia cinta kepada Allah. Dan orang yang membaca shalawat kepada-ku ia telah mengucapkan dengan dzikir kepada Allah”.
السيادة عبادة لان المصلي انما يقصد بصلاته تعظيمه صلى الله عليه وسلم فلا معنى حينئذ لترك التسييد إذ هو عين التعظيم (سعادةالدرين : 66)
“Siyyadah (bacaan Yaa Sayyidi - Sayyidinaa) adalah ibadah, oleh karena orang yang membaca shalawat bermaksud dengan shalawat itu adalah ta’dzim kepada Rasuulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka meninggalkan tasyid (bacaan Yaa Sayyidi/Sayyidinaa) pada ketika itu (ketika membaca shalawat) tidak ada artinya, oleh karena tasyid itu adalah ta’dzim adanya”. (Sa’aadah Al-daraini : 66)
Ada sebagian orang berpendapat, seperti orang-2 yang berfaham WAHABI DAN LAINNYA bahwa mengagugkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ini disamakan dengan kaum Nasrani mengagugkan nabi Isa ibnu Maryam AS., sehingga mereka hukumi sebagai perbuatan yang menyekutukan (musyrik) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pendapat seperti menurut kami yg berfaham Ahlus sunnah wal jama'ah tidaklah tepat, karena kita mengagungkan dan memulyakan beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan perbuatan yang memandang martabat beliau (secara menyeluruh) paling tinggi dibanding dengan semua mahluk yang lain, bukanya kita MELAMPAUI BATAS dan mensejajarkan martabat beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan martabat Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu bukan.
Sedangkan kaum Nasrani dalam mengagungkan Nabi Isa Almasih bukan mengagungkan sebatas utusan Allah namun mereka MELAMPAUI BATAS dan mempunyai kepercayaan dan keyakinan bahwa Nabi Isa Almasih adalah anak Tuhan dan sebagai Tuhan.
Pendapat yang menyamakan antara mengagungkan dengan menyembah, itu pun tidak dapat diterima, karena bila pengertian tersebut dianggap sama maka apalah jadinya dunia ini, para penghuninya tidak berakhlak, TIDAK BERADAB, takut kalau mengagungkan, MEMULYAKAN DAN MENCINTAI orang yang berkedudukan diatasnya di hukumi haram sebab menyembah selain Allah, menyekutukan Allah, kafir, murtad, sesat menyesatkan, bid'ah, dsb. ITU TIDAK DEMIKIAN.
Para malaikat bersujud kepada nabi Adam As karena diperintah Allah, penghormatan seperti itu tidak dapat di anggap penyembahan kepada Nabi Adam As.
Rasulullah SAW selalu merendahkan bahunya bila bertemu sahabatnya, juga bukan penyembahan kepada para sahabat.
Pujaan Allah SWT kepada Rasul-Nya (Al-Qolam :4), juga tidak di katagorikan penyembahan kepada Nabi Muhammad SAW.
Para pejabat memanggil atasannya Yang Mulia, juga tidak dapat diartikan penyembahan kepada atasannya.
Orang Jawa, setiap lebaran bersimpuh dan sungkeman pada orang tuanya yang duduk di kursi, juga bukan termasuk penyembahan kepada orang tuanya.
Sebutan Sultan Agung kepada salah satu pahlawan Nasional pengusir penjajah, juga bukan dimaksudkan sebagai penyembahan.
Kesimpulan :
Penghormatan atau pengagungan terhadap seseorang yang mempunyai hak untuk dihormati atau diagungkan, itu sesuai dengan syari’at Islam, lebih-lebih panggilan “Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh” dan atau Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts.
Pengagungan atau penghormatan itu tidak sama dengan penyembahan.
Orang yang memanggil nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan “Ya Muhammad !” atau Ya Aba Qosim ! atau Muhammad aja” adalah perbuatan tidak beradab, tidak sopan dan tidak santun, tidak berakhlaqul mahmudah yang menyalahi Al Qur’an dan sangat dikecam oleh Alloh SWT.
Panggilan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sebutan GELARNYA ATAU JABATANNYA :
يارسول الله, يانبي الله, ياإمام المرسلين, يارسول رب العلمين, ياخاتم النـبيين, وغيرذلك (مثل ياشافع الخلق, يارحمة للعالمين, يا خير خلق الله, ياخير والد وخيرولد, يا هادي الانام, يانورالخلق, يا حبيب الله ….
“Yaa Rosuulalloh”, Yaa Nabiyalloh.., Yaa Imaamal Mursaliin, Yaa Rosula Robbal "alamiin.., Yaa Khotaman Nabiyyiin.., dll...misalnya : Yaa Syafi'al Kholqi.., Yaa Rohmatal lil'aalamiin.., Yaa Khoiro Kholqillah.., Yaa Haadiyal Anaam..,Yaa Nurol Kholqi.., Yaa Habiiballoh..., “Yaa Sayyida Waladi Adam”, “Yaa Ashhabal Yamin”, Yaa Sayyidii Yaa Rosulalloh dll......., adalah mengikuti petunjuk Alloh .
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
------------------
MARILAH KITA PRAKTEKKAN .....BERTAWASUL, BERAUDENSI, SOWAN MENGHADAP ROSULULLOH SAW , MAKMUM DIBELAKANG GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA - MEMOHON SYAFAAT, TARBIYYAHNYA, BAROKAH, KAROMAH DAN NADZROH BELIAU, DENGAN ADAB TA'DZIM SEBAIK-BAIKNYA, ISTIHDHOR (MERASA HADIR), IFTIQOR (MERASA BUTUH SEKALI), INGKISAR, MERASA DHOLIM BERLUMURAN DOSA DIHADAPAN BELIAU ROSULULLOH SAW. MAKMUM DIBELAKANG GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA
AL-FAATIHAH.........
.
يَاشَافِعَ الْخَلْقِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ * عَلَيْكَ نُوْرَ الْخَلْقِ هَادِيَ الأَنَامِ
وَأَصْـلَهُ وَرُوْحَهُ أَدْرِكْنِي * فَقَدْ ظَلَمْتُ أَبَدًا وَرَبِّـنِي 3
وَلَيْسَ لِي يَا سَـيِّدِي سِوَاكَ * فَإِنْ تَرُدَّ كُنْتُ شَخْصًا هَالِكًا
“YAA SYAAFI’AL KHOLQIS SHOLAATU WAS SALAAM, ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM. WA ASHLAHUU WA RUUHAHUU ADRIKNII FAQOD DHOLAMTU ABADAW WAROBBINII. WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA, FA IN TARUDDA KUNTU SYAKH-SHON HAALIKA”. (3 kali)
يَا سَــيِّدِي يَارَسُولَ اللهِ
“YAA SAYYIDII, YAA ROSUULALLOOH !” (7 kali).
Terjemah :
“Duhai Kanjeng Nabi Pemberi syafa’at makhluq, kepangkuan-Mu sholawat dan salam kusanjungkan, Duhai Nur Cahaya makhluq Pembimbing manusia; Duhai Unsur dan Jiwa makhluq, bimbing, bimbing dan didiklah diriku, sungguh aku manusia yang dholim selalu”.
“Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai Yaa Sayyidii. Jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan dan berlarut-larutku, pastilah, pasti aku akan hancur binasa !”.
“Duhai Pemimpin kami, duhai Utusan Alloh !”
يَأَيُّهَا الْغَـوْثُ سَـلاَمُ اللهِ * عَلَيْكَ رَبِّـنَي بِإِذْنِ اللهِ
وَانْظُرْ إِلَيَّ سَيِّدِي بِنَظْـرَةٍ * مُوْصِلَةٍ لِلْحَـضْرَةِ الْعَلِيّةِ 3
“YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOHI, ‘ALAIKA ROBBINII BI IDZNILLAAHI, WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINNADHROH MUUSHILATIL LILHADHROTIL ‘ALIYYAH”. (3 kali).
Terjemah :
“Duhai Ghoutsuz Zaman, kepangkuan-Mu salam Alloh kuhaturkan, bimbing dan didiklah diriku dengan idzin Alloh. Dan arahkan pancaran sinar nadhroh-Mu kepadaku Yaa Sayyidii, radiasi batin yang mewushulkan aku, sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku”.
يَاشَافِعَ الْخَلْقِ حَـبِيْبَ اللهِ * صَلاَتُهُ عَلَيْكَ مَعْ سَلاَمِهِ
ضَلَّتْ وضَلَّتْ حِيْلَتِي فِي بَلْدَتِي* خُذْ بِيَدِي يَاسَيِّدِي وَالأُمَّةِ 3
YAA SYAFI’AL KHOLQI HABIIBALLOOHI, SHOLAATUHU ’ALAIKA MA’ SALAAMIHII DHOLLAT WA DHOLLAT KHIILATII FII BALDATII, KHUD BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATI”. (3 kali).
يَا سَيِّدِي يَا رَسُولَ اللهِ x 7
“YAA SAYYIDII, YAA ROSUULALLOOH !” (7 kali).
“Duhai Kanjeng Nabi Pemberi Syafa’at makhluq, duhai Kanjeng Nabi Kekasih Alloh, kepangkuan-Mu sholawat dan salam Alloh kusanjungkan, Jalanku buntu, usahaku tak menentu, cepat, raihlah tanganku Yaa Sayyidii, tolonglah diriku dan seluruh umat ini !.
“Duhai Pemimpin kami, duhai utusan Alloh !”
AL-FAATIHAH.....!
Komentar
Posting Komentar