MENGENAL ISTIGHROOQ
MENGENAL ISTIGHROOQ
ISTIGHROQ, secara bahasa mengandung arti tenggelam, maksudnya tenggelam atau menenggelamkan diri dalam lautan tauhid tuhan yang maha esa. Di dalam Wahidiyah istilah Istighroq ini terbagi menjadi tiga macam:
1. Istighroq Wahidiyah
2. Istighroq Bihaqiiqotil Muhammadiyah
3. Istighroq Ahadiyah.
.
“ISTIGHROQ WAHIDIYAH”
Adalah istighroq penerapan lillah dan billah sebagai realisasi kalimat “Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billah” lillah artinya meniatkan segala sesuatu karna Allah dan billah yaitu menyadari bahwa segala sesuatu dapat dilakukan itu karna Allah yang membisakan manusia sama sekali tidak punya kemampuan. Baik dalam tingkah laku, gerak-gerik lahir mupun batin. Mutlak dalam segala hal tanpa ada pengecualian.
.
“ISTIGHROQ BIHAQIIQOTIL MUHAMMADIYYAH"
Mengandung pengertian yaitu hati menyadari dan merasakan bahwa asal kejadian segala makhluq itu diciptakan dari “Nuur Muhammad” baik manusia, langit bumi, surga neraka dan semuanya tanpa pengecualian. Orang yang menerapkan istighroq ini apapun yang ia lihat yang nampak adalah isi dalammnya. Contoh melihat gunung, laut, manusia dan sebagainya yang dilihat adalah nur muhammad. Maksudnya sadar bahwa semua mahluk itu diciptakan dari nur muhammad sesuai dengan hadits qudsi bahwasannya Allah berfirman "seandainya tidak kuciptakan muhammad, maka semua mahluk tidak kuciptakan"
.
“ISTIGHROQ AHADIYAH”
Istighroq ahadiayah, mengandung pengertian bahwa semua mahluk itu tidak ada. Yang ada dan yang wujud hanya Allah sebagai perwujudan "laa maujuda ilalloh" artinya tiada yang wujud selain Alloh. Maksudnya karena kuatnya konsentrasi hanya kepada Allah maka selain Allah tidak kelihatan. Tidak kelihatannya itu oleh pandangan mata hati, bukan pandangan mata lahir, jadi yang kelihatan hanya Allah bahkan Dirinya sendiripun tidak kelihatan (sirna). Sehingga mudahnya dikatakan selain Allah tidak wujud yang wujud hanya Allah. Inilah iman yang sebenar-benarnya iman sesuai dengan firman Alloh SWT :
“Janganlah kamu sembah disamping Allah, Tuhan apapun yang lain. Tiada Tuhan (yang harus disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap (segala) sesuatu itu rusak selain Alloh. BagiNYAlah segala penentuan, dan hanya kepadaNYAlah kamu semua dikembalikan” (28 – al-Qoshoh : 88). Dengan ilmunya manusia biasa tidak akan dapat menerapkan ilmu ini kecuali harus dengan amalan yang ampuh misalnya seperti sholawat wahidiyah dan mutlak dalam penerapannya harus mendapat bimbingan guru mursyid yang kamil mukamil (sempurna dan juga dapat menyempurnakan muridnya untuk juga wusul kepada Allah)
.
Istighroq ahadiyah ini Dalam bahasa Jawa ada yang menyebut dengan istilah "tenggengen" artinya Terpesona yang sangat mendalam. Dimana pada sa’at seperti itu ia tidak melihat apa-apa lagi, selain sesuatu yang ia lihat. Dirinya sendiri pun sudah tidak terlintas dalam jangkauan penglihatan batin atau perasaanya. Baginya pada sa’at itu adalah laa illa maujuda illaloh yang ada dan yang wujud hanya Allah. keadaan seperti ini hanya dialami dalam beberapa sa’at, bisa dalam beberapa detik, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bisa terjadi dalam waktu yang lebih lama.
.
Ada lagi yang memakai istilah “Manunggaling Kawulo lan Gusti” Artinya menyatunya hamba dengan Tuhan. Walaupun istilah ini masih belum pas karna unsur mahluk (kawulo) masih ada didalamnya.
Dalam ilmiyah tasawuf ada juga yang menyebut dengan istilah “Ittihad”. “Ittihad bihulul” (kemanunggalan dalam bentuk penjelma’an Tuhan kepada diri manusia), dan Ittihad wahdatil wujud (kemanunggalan manusia dalam diri Tuhan). akan tetapi pendapat ini sebenarnya juga tidaklah tepat jauh dari kenyataan yang haqiqi. Sebab di dalam istilah “manunggal” atau istilah “ittihad” masih ada dua unsur ; yaitu kawulo dan Gusti atau manusia / hamba dan Tuhan. Padahal hakikatnya hanya satu "Allah" Pengertian yang lebih tepat dan benar adalah harus diterapkan dan dipraktekkan dirasakan. Baru mengerti apa dan bagaimana Istighroq Ahadiyyah. Seperti halnya dapat mengutarakan warna dan bentuknya gula, namun kita tidak akan dapat menggambarkan manisnya gula kecuali gula itu telah sampai diijung lidah sebab gula yang katanya manis juga bisa berubah menjadi pahit jika lidah yang merasakan dalam keadaan sakit. Begitu juga Istighroq Ahadiyyah ini tidak dapat di uraikan secara bahasa. melainkan hanya dapat dimengerti dengan dzauqiyyah, dengan rasa. Maka tidak ada jalan lain untuk merasakannya kecuali harus dengan mengamalkannya.
Komentar
Posting Komentar