MENJERNIHKAN HATI TUK MENGGAPAI MAKRIFAT/KESADARAN KPD ALLOH WA ROSUULIHI SAW. Perlukah ???
Beberapa alasan perlunya menjernihkan hati tuk menggapai makrifat Billah wa Rosuulihi Saw.
Beliau Rosululloh SAW adalah teladan yang Paripurna.
Membersihkan hati istilah yang populer sekarang di sebut operasi mental. “Operasi mental” yang di alami oleh Rasulullah SAW. Ketika akan menjalani Isra’ Mi’raj merupakan tunutnan nyata yang harus di ikuti oleh para umat. Bahkan oleh setiap insan yang hidup di dunia ini.
Berkat adanya operasi tersebut, dimana kotoran-kotoran yang terdapat didalam hati Rasulullah SAW dikeluarkan dan kemudian dimasukan iman, islam, ikhsan, amanah dan kejujuran, maka segala gangguan dan godaan yang dialami dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, semua dapat di atasi dengan sempurna dan sukses menghadap kehadirat Allah SWT untuk menerima tugas-tugas yang harus dilaksanakan para umat, antara lain sholat lima waktu dalam sehari semalam.
Rasulullah SAW bersabda :
”Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak atau kotor, menjadi rusak pulalah seluruh jasad. Ketahuilah yaitu hati.”(Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Muslim dari Nu’man bin Rasyid)
Atas dasar tersebut, maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan antara lain sebagai berikut:
”Membersihkan jiwa (hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib”.(kitab Kifayatul Atqiya).
Wajib disini dalam arti harus di usahakan oleh stiap orang dalam rangka upaya mencapai hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir batin dunia dan akhirat. “Tazkiyatunnafsi” atau mebersihkan hati, maksudnya membebaskan hati dari pengaruh-pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha untuk menguasai hati manusia.
Di dalam kitab suci Al Qur’an diterangkan pernyataan Nabi Yusuf ‘alaihissalam tentang tekad Beliau yang senantiasa waspada terhadap tipu daya nafsu:
Firman Allah SWT: “Dan tidaklah aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh Tuhanku”.(12 Yusuf: 53).
Dalam hubungan antara ilmu dan Hidayah, Rasulullah SAW. Telah memperingatkan kita dengan sabdanya:
“Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka ia tidak menjadi bertambah (dekatnya) melainkan semakin jauh dari Allah.”(Riwayah Abu Mansur dan Dailami dari Jabir).
Ilmu pengetahuan umum lainya apabila tidak disertai memperoleh HIDAYAH dari Allah SWT, maka ilmu-ilmu itu tidak akan mampu meletakan benih yang menumbuhkan kejernihan hati, ketentraman jiwa dan keselamatan mental. Bahkan boleh jadi justru ilmu-ilmu yang tidak disertai HIDAYAH Allah itu malah menyuburkan bercokolnya IMPERIALIS NAFSU” sebagai ”Dewan Perancang Kejahatan” di dalam hati manusia. Sehingga kemudian timbul rasa kebanggaan, rasa diri berilmu, berkemampuan, berkuasa, rasa diri lebih dari orang lain, selanjutnya muncul bendera ”Ke-aku-an”, egoisme atau ANANIYAH. Ilmu yang seharusnya menjadi alat penyaring kemurnian dan kemulusan hati yang bersih, dalam prakteknya disalahgunakan menjadi polusi jiwa (pengotoran jiwa) yang lebih keruh tetapi lebih halus sehingga yang bersangkutan tidak merasa.
Orang yang jauh dari Allah tidak akan mendapat Hidayah. Barangsiapa tidak mendapat hidayah Allah pasti sesat jalan dan akhirnya sengsara dan mengalami kehancuran. Maka oleh karena itu, disamping ilmu pengetahuan harus kita pelajari, harus kita tuntut, ilmu harus diamalkan terutama yang ada hubunganya dengan soal-soal membersihkan hati,
Apakah HIDAYAH dari Allah dapat diperoleh atau di usahakan dengan upaya manusia?
Jawabnya tegas, DAPAT ..
Firman Allah: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhoan) KAMI, maka akan KAMI tunjukan kepada mereka jalan-jalan KAMI.” (Al-Ankabut Ayat 69)
Berjihat disini artinya bersungguh-sungguh berusaha mencari keridhoan-NYA, berusaha menuju kepada-NYA untuk memohon Hidayah-NYA.
Di dalam Wahidiyah, bersungguh-sungguh memohon kepada Allah SWT itu disebut ”MUJAHADAH”. Tentang hubungan antara HIDAYAH dan MUJAHADAH , Imam Ghazali mengatakan di dalam kitab Ihya-Nya:
”Mujahadah adalah kuncinya hidayah, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain mujahadah”.
Rasulullah SAW bersabda: “Doa adalah senjatanya orang mukmin.”
Ibarat “senjata” maka daya keampuhan dan kegunaannya doa juga berbeda-beda. Tergantung Pencipta doa, tujuan dan kepentingan apa doa itu dicipta, susunan redaksi doa, kaifiyah (cara pengamalan) dan adab-adab ketika berdoa.
Para Ulama, terutama Ulama Shufi berpendapat bahwa doa yang paling dekat diijabahi oleh Allah SWT adalah Shalawat. Dan pendapat ini sangat cocok dengan kenyataan. Lebih-lebih di zaman akhir ini, secara umum mengenai faedah dan manfaat doa Shalawat kepada Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, bagi si pembaca Shalawat adalah seperti dikatakan oleh Syekh Hasan Al-Adawi di dalam ktab “Dailul Khoiror” yang kemudian dibenarkan dan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainya yaitu sebagai berikut:
”Sesungguhnya membaca Shalawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara ghaib.”(Sa’adatud- Doroini hal. 36).
“Menerangi hati”, hati menjadi terang, jernih dan tentram “mewushulkan” mengantarkan dan menyampaikan kepada tingkat batiniyah yang sadar ma’rifat kepada Allah SWT.
Ada banyak sekali macamnya doa Shalawat. Berpuluh, beratus, beribu-ribu, bahkan berpuluh ribu macamnya. Masing –masing Shalawat dikaruniai faedah dan manfaat yang berbeda-beda, ada untuk kejernihan hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa. Sudah sewajarnya kita memilih Shalawat yang dikaruniai manfaat dan faedah yang kita butuhkan tersebut.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dikaruniai hati yang jernih, batin yang tenang dan kukuh, jiwa yang tentram dan stabil sehingga berhasil whusul, sadar ma’rifat kepada Allah wa Rasulihi SAW. Suatu kondisi batiniyah yang menjadi keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin dunia sampai akhirat yang mendapat ridlo Allah SWT ! Aamiin…!
YAA SAYYIDI YAA RASULALLAH...........
YAA SAYYIDI YAA RASULALLAH...........
YAA SAYYIDI YAA RASULALLAH...........
“Yaa, Rosuululloh! Syafa’atilah kami yang berlumuran dosa dan berlarut-larut dalam kedzoliman ini! Mohonkanlah kepada Allah SWT, agar kami sekeluarga diberi: Ampunan, hidayah dan taufiq yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah, serta memperoleh: kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat”
Komentar
Posting Komentar