PITUTUR KANJENG ROMO YAHI RA KANGGO BOCAH-BOCAH 

Anak-anaku kang tak tresnoni, cobo sampeaan kabeh pusatke perhatian marang aku. Ojo ono sing namung omong-omongan wae karo kancane, iku iso ditunda sauntoro mengko yen wis bubar lan mulih iso disambung maneh. Sing gowo dolanan di selehake ndisik, sing kelingan ngomah saiki madeb sowan nang kanjeng romo. 
Bocah-bocah, awakmu kabeh isih murni urung duwe dosa. Kanjeng nabi sangat sayang marang bocah-bocah kang isih cilik kang bersih urung duwe dosa, tur gelem nangis marang gusti Allah SWT. Koe mbesuk bakal dadi harapane bapak lan ibumu, celengane bapakmu nang dunyo lan akherat. Lamunto koe dadi bocah kang becik budi pekertimu, alim pinter lan mulyo uripmu biso mulyoake bopo lan ibumu, alangkah bejone wongtuamu duwe anak kang koyo ngono kuwi. Opo maneh naliko matine amalmu ugo ditrimo marang gusti Allah. Sing iso nulung wong tuomu mbesuk ning akhirat naliko kejegur neroko yo mergo amal lan tangismu, berarti koe biso nyuargake bapak lan ibumu. Itulah harapane bapak lan ibumu… 
Ning katiwasan lamunto koe sebalike kaprucut seko gendongan, ora keno diarep-arep mergo koe tansyah ora merhatikan dawuh pituture bopo lan ibumu. Ora pernah aktif nang usbuiyah, ora pernah mujahadah, ora pernah latihan lillah billah, ora gelem sekolah, ora gelem ngaji. Maka pupuslah harapane wong tuamu ora keno di arepake anak kang mengkono sifate. Disamping wong tuamu bakal pupus awamu dewe juga bakal menghadapi masalah besar bakal ciloko uripmu. 
Bocah-bocah… 

awakmu tak takoni, koe pingin uripmu bejo opo ciloko? 
Kemudian Kanjeng Romo Yahi Ra menceritakan kisah Alqomah yang durhaka kepada orang tuannya dengan bahasa jawa. 
Alqamah Adalah seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah”Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah. 
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah SAW. 
Maka Rasulullah SAW pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” 
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.” 
Maka Rasulullah SAW mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.’” 
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.” 
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. 
Sesampainya di rumah Rasulullah SAW, dia mengucapkan salam dan Rasulullah SAW pun menjawab salamnya. 
Lalu Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?” 
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah SAW, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.” 
Lalu Rasulullah SAW bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?” 
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.” 
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?” 
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.” 
Maka, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” 
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.” 
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?” 
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.” 
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah SAW, saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,” 
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”. 
Rasulullah SAW pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu 
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.” 
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.” 
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga. 
Maka, Rasulullah SAW melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allaoh tergantung pada kemarahannya.” 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurod Mujahadah bilangan 717

AURAD MUJAHADAH KEUANGAN

AUROD MUJAHADAH KEAMANAN DLL